Program Women’s Voice and Leadership atau dikenal dengan We Lead adalah program empat tahun yang didanai oleh Global Affairs Canada (GAC) sejak tahun 2019 hingga 2023. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemenuhan Hak Asasi Manusia bagi perempuan dan anak perempuan serta memajukan kesetaraan gender di Indonesia. Program ini memberdayakan organisasi perempuan untuk terlibat secara aktif dalam menantang kelompok-kelompok Islam garis keras dan narasi yang membenarkan penindasan terhadap hak-hak sosial, politik, dan hukum terhadap perempuan.
Bekerjasama dengan JASS SEA, Hivos Southeast Asia yang kini berubah menjadi Yayasan Hivos, secara langsung bekerja dengan lima organisasi hak perempuan di tingkat nasional dengan legitimasi yang kuat di antara konstituen mereka dan masyarakat luas, yaitu Rumah Kita Bersama, Rahima, Fahmina, Perempuan Mahardhika, dan FAMM Indonesia.
Yayasan Hivos dan JASS terlibat secara kritis bagi 5 organisasi perempuan nasional dan mitra lokal mereka untuk memberikan dukungan analitis dan teknis pada 3 wilayah kerja utama seperti yang dijelaskan dalam gambar.
Meskipun ruang dan kebebasan baru telah terbuka bagi perempuan untuk mengadvokasi dan menggunakan hak-hak mereka selama dua dekade terakhir, kesetaraan bagi perempuan masih jauh dari harapan. Gerakan perempuan masih terbagi dalam berbagai afiliasi politik, agama, generasi, dan identitas. Di sisi lain, organisasi perempuan juga menghadapi kesenjangan dalam mengembangkan generasi kedua kepemimpinan feminis, khususnya di tingkat akar rumput. Keterbatasan sumber daya untuk keberlanjutan organisasi dalam hal keuangan, mekanisme akuntabilitas, dan prosedur untuk pengelolaan pendanaan, serta meningkatnya konservatisme agama dan Islamisasi politik baru-baru ini, semakin membatasi dan bahkan mengkriminalisasi hak-hak sosial, politik, dan hukum bagi perempuan dan kelompok rentan lainnya seperti anak, identitas seksual lainnya. Untuk menghadapi sejumlah ancaman terhadap kesetaraan gender dan hak asasi manusia, We Lead membangun kerjasama dengan organisasi perempuan dan berkontribusi dalam membangun gerakan perempuan dan berjuang melawan ketidakadilan.
Di Indonesia, 7 organisasi yang berkolaborasi dalam We Lead antara lain:
We Lead, dimotori oleh Hivos Southeast Asia (Yayasan Hivos) dan Just Associate (JASS) mendukung dan memperkuat lima organisasi perempuan yaitu Fahmina Institute, FAMM Indonesia, Perempuan Mahardhika, Rahima, dan Rumah KitaB untuk meningkatkan akuntabilitas tata kelola organisasi berorientasi pada keberlanjutan, pengorganisiran komunitas, dan kolaborasi jejaring untuk advokasi memajukan kesetaraan gender dan toleransi guna memperkuat gerakan perempuan di Indonesia.
Rahima, Fahmina, dan Rumah KitaB, berfokus pada wacana keagamaan inklusif untuk memastikan ruang sosial aman bagi perempuan. mBersama dengan Perempuan Mahardhika, dukungan berfokus membangun kolektif perempuan dan mendorong pemimpin perempuan di kampus, sementara FAMM Indonesia membangun kepemimpinan perempuan di organisasi dan komunitas akar rumput. Dalam perjalanan programnya, Hivos dan Jass juga menjadi teman kritis bagi organisasi nasional dan lokal dalam menempuh perjuangan mewujudkan tujuan.
Di mana kami bekerja?
We Lead bekerja di tiga ruang lingkup: Perguruan Tinggi, Pesantren, dan Komunitas Akar Rumput. Lima organisasi perempuan nasional saat ini mendampingi 79 organisasi perempuan local yang tersebar di 41 kabupaten/kota pada 14 provinsi di Indonesia.
Pencapaian Kolektif We Lead
We Lead menerapkan berbagai strategi pengembangan kapasitas dan pendampingan politik kelompok dan kolektif perempuan. Di masa sulit ini, kolektif perempuan bahu-membahu melakukan aksi kolektif untuk bertahan di tengah ketidakpastian akibat pandemi, antara lain meningkatnya pembatasan tradisi dan budaya, merosotnya ekonomi, dan regulasi pemerintah yang represif.
Akuntabilitas Organisasi Perempuan Mendukung Keberlanjutan Gerakan Perempuan
Praktik organisasi perempuan yang sehat, transparan, dan akuntabel merupakan faktor penting untuk mendukung keberlanjutan perjuangan gerakan feminisme. Perlahan tapi pasti, organisasi perempuan anggota We Lead terus terus berefleksi dan melihat ke dalam tubuh internal organisasi, mengidentifikasi situasi, dan memperbaharui sistem organisasi sesuai dengan konteks dan yang berorientasi pada hak dan keberlanjutan. Mitra We Lead terus berbenah untuk meningkatkan akuntabilitas tata kelola organisasi dengan pembaruan peraturan kelembagaan, sistem keuangan, maupun pengelolaan aset pengetahuan. Beberapa peraturan baru tengah dikembangkan seperti terkait dengan keamanan dan keselamatan identitas digital, pengelolaan ruang aman, pencegahan dan pelaporan kekerasan seksual, dan memastikan ruang gerak aman dan inklusif.
Kesadaran akan pentingnya membangun pengetahuan yang berangkat dari pengalaman perempuan terefleksi dalam setiap gerak langkah anggota We Lead. Dengan pendekatan pendidikan feminis populer, anggota We Lead saling belajar menumbuhkan kesadaran kritis untuk menyalakan dan mempertahankan semangat kolektif perempuan sebagai bagian dari gerakan feminis secara organik di organisasi/institusi, komunitas akar rumput, kampus, dan pesantren. Melalui proses aksi – refleksi menyuburkan budaya pembelajaran yang kritis, reflektif, dan berkelanjutan.
Terbangunnya Kekuatan Kolektif Perempuan Menumbuhkan Ekonomi dan Mewujudkan Keadilan Gender
Di akar rumput, Komunitas Lingkar Baca Suara Rahima di Sumenep Madura, Provinsi Jawa Timur, mitra lokal Rahima, berhasil mengangkat narasi tentang peran gender dalam keluarga menjadi topik diskusi di komunitasnya. Semenjak pandemi, mereka membentuk kelompok usaha jamu, memanfaatkan tanaman herbal yang banyak tumbuh di desa mereka untuk menopang penghasilan ekonomi dan memenuhi kebutuhan hidup anggota komunitas. Usaha jamu membantu perempuan menavigasi situasi sulit seperti ini dengan memberdayakan diri mereka mandiri secara ekonomi dan menghadapi tantangan bersama sebagai kolektif perempuan. Keberhasilan serupa juga terjadi di Lombok Utara. Adalah Klub Baca Perempuan, mitra lokal Rumah KitaB, berhasil membangun kebun pangan sebagai sumber penghidupan baru bagi anggota komunitas dan masyarakat sekelilingnya. Upaya pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam sayur mayur mampu menopang kebutuhan harian dan membuka ruang untuk berdiskusi seputar isu perempuan yang cukup marak yaitu perkawinan anak. Upaya ini sesungguhnya melawan ketidakadilan gende. Upaya ini mampu menyediakan sarana bagi anak perempuan untuk mengamankan sumber pendapatan mereka sendiri sehingga mampu meminimalisir risiko ancaman perkawinan anak yang kerap dianggap solusi dari persoalan kemiskinan. FAMM, juga terus bergerak membangun kapasitas pemimpin perempuan di akar rumput untuk membangun organisasi inklusif bagi kelompok LBT yang rentan mengalami diskriminasi.
Dari perguruan tinggi Islam (PTKI), kolektif pejuang Perguruan Tinggi Responsif Gender terbangun secara organik. Dimotori oleh Ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Metro Lampung dan UIN Surakarta, berhasil menggandeng komitmen dari 6 PSGA lainnya yaitu UIN Semarang, Ponorogo, Pekalongan, Jepara, Samarinda, dan Riau. Komitmen ini berbuah manis dengan munculnya agenda bersama dengan pendanaan kolaboratif untuk advokasi dalam mendorong terwujudnya perguruan tinggi responsif gender.
Tantangan
Sebagai sebuah program, We Lead mengalami perjalanan yang cukup terjal. Isu gender masih dianggap sebagai isu perempuan semata sehingga membutuhkan upaya pengarusutamaan yang konsisten dan masif. Berkembangnya nilai intoleransi menyusup di berbagai lini baik komunitas, pesantren, kampus, dan area lainnya. Tantangan utama yang dihadapi berkaitan dengan konstruksi sosial budaya patriarkhi yang menghambat perjuangan kesetaran gender. Tidak jarang, stigma sebagai agenda barat dan liberal disematkan pada aktivis perempuan yang bergerak memperjuangkan kesetaraan gender dan memperjuangkan isu feminisme. Sebagai sebuah program, keberlanjutan inisiatif atau praktik baik yang telah dibangun oleh WROs membutuhkan kerjasama atau keterhubungan dengan jejaring untuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan membangun kesetaraan gender dan toleransi.
Apa yang We Lead kerjakan?
Kami melakukan berbagai macam kegiatan berupa peningkatan kapasitas anggota We Lead terkait dengan isu program dan manajemen kelembagaan yang berkelanjutan, kampanye publik, dan advokasi. Di tingkat daerah, kami juga mengoranisir kelompok perempuan di berbagai ranah, mulai dari universitas, komunitas perempuan berbasis desa, majelis taklim, dan pondok pesantren.
Untuk kampanye dan advokasi, We Lead berfokus pada 6 tema utama yaitu:
Untuk mengenal kami lebih dalam, ikuti media sosial instagram @welead.id dan kanal youtube We Lead Indonesia.